radio uin

=======================
UIN COMMUNITY Live Streaming Radio


Bila Radionya blm nyala coba Klik INI lalu refresh halaman ini.

LISTEN HERE

Listen with Winamp/iTunes
Listen with Windows Media Player

Bahaya Pujian (oleh Aa Gym)

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi, dan
mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan
(sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS Al Anam:1)

Mengapa ada orang yang memuji? Karena mereka tidak mengetahui siapa diri
kita sebenarnya. Kalau orang lain ternyata mengetahui yang sebenarnya, pasti
tidak akan mau memuji. Bila kita dipuji dan menikmatinya atas sesuatu yang
tidak ada pada diri kita, maka hal tersebut akan menimbulkan bahaya, karena
menjadikan kita yakin atas apa yang dikatakan orang tersebut, sebagai suatu
pujian, yang berarti kita sudah bersikap tidak jujur kepada diri kita
sendiri. Padahal orang-orang memuji tidak lain hanya menyangka saja. Sebab
utama kita dipuji dan dihargai orang lain karena Allah masih menutup aib,
maksiat, dan dosa kita.

Semestinya pujian itu bisa menjadikan diri kita malu, karena mereka
menyangka sesuatu yang sesungguhnya tidak ada pada diri kita. Tapi bagi
seorang pecinta dunia, dia akan menikmati sesuatu yang tidak ada pada
dirinya itu, yang artinya dia sudah berbuat bohong pada dirinya sendiri.

Dan yang paling parah dari pujian ini adalah kita menjadi terpenjara,
Misalnya, bila seseorang sudah terlanjur dipuji dengan pujian sebagai orang
shaleh, kemudian kita akan merasa takut apabila cap shaleh tersebut hilang
pada diri kita, sehingga kita akan melakukan apa saja agar pujian itu tidak
hilang diberikan kepadanya. Akibat dari pujian itu pun, maka akan dengan
mudah kita bisa menyalahkan/merendahkan mereka yang dianggap tidak shaleh.

Dia akan terbelenggu dan terpenjara oleh status tersebut. Dia akan sulit
menerima kebenaran dari orang lain, dan mengakui kekurangan dirinya.

Sikap senang dipuji pun berakibat terhadap tidak akan adanya rasa ikhlas.
Dia akan beramal berbuat hanya untuk mempertahankan pujian itu. Misalnya,
dia akan mengatur penampilannya agar bisa dipuji orang lain. Bila demikian,
ia tidak mungkin dikategorikan ikhlas. Ia melakukan apa pun bukan untuk
Allah lagi, tapi untuk kemasan.

Pujian itu bahaya kalau kita tidak hati-hati menyikapinya. Bahkan akibatnya
bisa menjadi malapetaka. Bisa menipu diri, dan menutup diri dari nasihat
orang, serta menghancurkan keikhlasan. Keadaan ini bisa menjadi penjara, dan
sedikit orang bisa lolos. Misalnya, penyematan panggilan ustadz terhadap
seseorang. Hal itu bisa membuatnya menjadi terjebak menjadi senantiasa ingin
dipuji dihormati.

Islam mengajarkan kita menjadi orang asli, murni, tidak ada rekayasa atau
pura-pura; tidak ada kemasan. Kita berbuat hanya satu saja, Allah SWT ridha
menerima saja.Orang menerima atau tidak, memuji atau tidak, menghargai atau
tidak, yang penting kita melakukan kebenaran sesuai aturan-Nya dan tidak
melanggar hak orang lain. Tidak bermuka dua; mulut dan hati bila bersikap
mesti sama. Sehingga akan membuatnya terasa enak dan nyaman bagi kita dan
sekitar kita. Kalau kita berpura-pura, kita tidak nyaman, dan orang lain pun
tidak akan bisa nyaman.

dengan ikhlas kepada Allah, tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Barang
siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh
dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat
yang jauh. (QS Al-Hajj:31)

Sementara, kita pun tidak bisa menahan atas perbuatan orang lain, seperti
memuji atau mencaci, yang penting kita jangan terjebak, jangan terkecoh,
jangan terbelenggu dengan pujian yang tidak cocok untuk kita itu. Meski
demikian kita pun tetap dituntut untuk menyampaikan amar ma’ruf nahyi munkar
kepada orang lain.

Bagi orang tua yang senantiasa memuji anaknya, berarti sama dengan merusak
(mental)-nya. Sang anak akan merasa diperlakukan istimewa, dirinya lebih
khusus, merasa lebih dari orang lain; setelah besar ia bisa melawan orang
tuanya, jika dinasehatinya. Karena ia dibesarkan untuk tidak jujur pada
dirinya, dia dibesarkan untuk melihat dan membangun topengnya.

Bila ditafakuri, jujur saja, kita ini tidak ada apa-apanya. Kita hanya
seorang manusia yang berlumur dosa yang ditutupi aib-aibnya. Kita hanya
orang bodoh sedikit ilmu yang orang lain tidak tahu kebodohan kita. Kita
tidak mempunyai apa-apa kecuali yang sekadar dititipkan Allah SWT sebentar.
Kalau Allah SWT mau mengambil tidak bisa ditahan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar